Kamis, 11 September 2008

Satu Hati untuk Bumi

Panas…panas…itulah kata-kata yang paling sering terdengar saat ini. Bukan karena mereka terkena api, atau karena mereka terkena air panas. Yupzzhh…mereka merasa dunia semakin panas, udara kering, berdebu, dan bercampur dengan polusi udara. Kita bisa merasakan sendiri betapa tidak enaknya bumi ini dihuni. Asap yang begitu tebal seakan jadi parfum alami setiap hari. Akankah kita hanya berpasrah diri dengan keadaan seperti ini? Apakah dengan berdiam diri kita bisa merubah kondisi bumi? Saya yakin apabila bumi bisa bicara, pastilah ia akan berteriak-teriak minta tolong pada kita. Atau bahkan menghujat dan memaki-maki kita? Memang, manusialah penyebab dari semua ini, semua adalah karya tangan-tangan manusia. Mereka dengan berbondong-bondong membuat mesin-mesin yang tidak ramah lingkungan, merusak hutan bahkan mengotori udara ini dengan asap-asap yang pekat.
Hutanlah jawaban atas persoalan diatas. Dengan adanya hutan, keseimbangan dunia akan lebih terjaga. Kotoran-kotaran di udara dengan mudah diserapnya dan kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang lebih baik. Tapi, di manakah hutan? Di manakah alat penyaring udara? Apakah dia masih menghijaukan kawasan Nusantara ini? Katanya sih Indonesia adalah pemilik hutan terbesar no 3 dunia setelah Brazil dan Kongo, tapi apakah fakta mengatakan demikian? Mungkin beberapa tahun yang lalu benar, tapi saat ini hutan yang dianggap sebagai alat penyaring udara ini sudah hampir habis dibabat orang-orang yang tak bertanggungjawab. Mereka mengambil hasil hutan seenaknya tanpa menanaminya kembali. Bahkan mereka dengan sengaja membakar hutan-hutan untuk dijadikan area perkebunan. Tentunya hal itu dilakukan secara diam-diam alias illegal. Hal tersebut diperparah dengan adanya pembabatan hutan secara berjamaah yang dilakukan oleh para pejabat-pejabat daerah. Mereka menggunakan kesempatan mereka sebagai pejabat dengan mengeksploitasi hutan secara besar-besaran tanpa takut ada yang menentangnya. Tak heran jika dalam satu menit, hutan di Indonesia berkurang 13 kali besar lapangan sepakbola. Kerusakan terparah berada di Pulau Kalimantan, mereka tidak segan membabat hutan-hutan yang hijau itu dengan seenaknya. Yang ada dalam pikiran mereka hanyalah hasil penjualan hasil hutan yang begitu mahal. Tentunya mereka mendapat keuntungan yang begitu besar.
Lalu, sebagai generasi muda apa yang bisa kita lakukan? Apa mungkin kita secara langsung akan menangkap para pembabat hutan? Tentu hal itu sangatlah sulit, mengingat mereka jumlahnya sangat banyak. Kita sebagai generasi muda sebenarnya bisa melakukan sesuatu untuk melindungi dunia ini, dari hal-hal yang sangat kecil sajalah. Misalnya jangan menggunakan kendaraan bermotor jika tidak perlu. Kita bisa bersepeda, selain mengurangi polusi juga membuat tubuh kita lebih sehat. Kita juga bisa mengurangi pemakaian parfum dan produk-produk sejenis. Menggunakan AC sebenarnya juga membuat kerusakan bumi semakin parah, karena gas-gas yang dihasilkan AC akan merusak lapisan ozon sehingga bumi akan semakin panas. Inginnya sih ruangan jadi dingin dan nyaman, tapi bagaimana akibat yang terjadi di luar ruangan tersebut? Jawabannya adalah semakin panas. Ya, itulah manusia, selalu ingin enak sendiri.
Bagaimanapun bumi adalah tempat tinggal kita, kita wajib merawatnya, menjaganya dan memperlakukannya dengan bijak. Kehancuran bumi adalah kehancuran kita semua.

0 komentar:

template by kendhin
please visit jadipebisnisinternet