Rabu, 10 September 2008

Makna Doa

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah 186).
Berkaitan dengan doa, ternyata para ahli tafsir hadits menjelaskan bahwa makna yang terkandung dalam kalimat fiddun-ya hasanah (kebaikan di dunia paling tidak mengandung enam unsur, di antaranya:
1. Al-Afiyah
2. Al-Kafaf
3. Al-Mar’atush-shalihah
Point 1 s/d 3 ini telah dijelaskan pada edisi yang lalu
Keempat: Al-Auladul abrar
Artinya adalah anak atau keturunan yang baik dalam arti yang shaleh yang dapat diandalkan doanya di saat orang tuanya membutuhkan doanya, yang akan didengar dan dikabulkan oleh Allah swt lantaran keshale¬hannya. Rasulullah bersabda:
“Apabila mati anak Adam (manusia) maka putuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: Shadaqah jariah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shaleh yang mendoakan padanya". (Al-Hadits)
Dalam hadits di atas ada kalimat waladin shalih, yang artinya anak shaleh, dia akan mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi sehingga dapat mengikat derajat orang tuanya dengan doanya. Sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits: Abu Hurairah mengemukakan bahwasanya Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah benar-benar akan mengangkat (derajat) hamba yang shaleh di dalam syurga”. Berkata seseorang “Ya Rabbi.., dari manakah kenikmatanku ini?” Allah berfirman: “Lantaran permintaan anakmu untukmu.”
Hadits ini menunjukkan betapa besarnya potensi anak yang shaleh untuk menyelamatkan orang tuanya, yang tentunya orang tuanyapun harus mempunyai dasar keimanan dan tauhid yang akan mempersatukan mereka, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

“Orang-orang yang beriman dan diikuti oleh keturunannya dengan keimanan, maka Kami akan pertemukan mereka dengan keturunannya.” (QS. Ath-Thur 21)
Karena itu, pada dasarnya kasih sayang orang tua yang hakiki adalah menanamkan akidah dalam diri anak-anaknya, karena memang itulah yang akan dapat mempersatukan mereka baik di dunia maupun di akhirat.
Kelima: Al-Maalush-shalih
Adalah harta yang bersih. Maksudnya ialah harta diperoleh dengan cara halal, karena harta yang haram walaupun banyak tidak akan dapat menyelamatkan pemiliknya, justru sebaliknya, semakin banyak harta yang haram, semakin menjauhkan diri dari keselamatan. Rasulullah bersabda:
Setiap daging yang tumbuh dari makanan yang haram, maka api nerakalah yang lebih pantas baginya.
Makanan itu sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian seseorang di dalam kehidupannya dan di akhirat nanti Allah akan bertanya kepada anak Adam mengenai hartanya; dari mana dia mendapatkannya dan bagaimana mempergunakannya.
Keenam: Al-‘Ilmu wal Ma’rifah
Yaitu ilmu dan pengetahuan, baik pengalaman maupun kemampuan untuk mengamalkan ilmu yang didapat agar menjadi ilmu yang bermanfaat, bukan menjadi ilmu yang hanya sekedar pengetahuan saja. Rasulullah saw bersabda:
Siapa yang bertambah ilmunya tapi ti¬dak bertambah amalnya, maka tidaklah pertambahannya itu selain bertambah jauh dari Allah. (Al-Hadits).
Kemudian apa yang dimaksud dengan fil akhirati hasanah?, sudah barang tentu berbeda dengan fiddun-ya hasanah, karena keadaan alamnya pun berbeda. Karenanya yang dimaksud fil akhirati hasanah adalah jannatun na’im (surga yang penuh kenikmatan).
Sebenarnya fil akhirati hasanah itu tidak akan didapat jika orang tidak memiliki fiddunya hasanah. Karena itu, fiddunya hasanah adalah sarana untuk mencapai hasanah akhirat nanti, paling tidak harus memiliki 4 point: Al-Afiyah, Al-Kafaf, Al-Maalush-shalih, dan Al-Ilmu wal Ma’rifah. Kemudian jika keempat ini tidak memadai, maka sebagai penujang dan pelengkap adalah doa Al-Auladul abrar (anak dan keturunan yang shaleh) dan doa Al-mar-atush-shalihah (istri yang shaleh), karena doa kedua orang in akan sangat didengar oleh Allah swt.
Kemudian doa diakhiri dengan Wa qinaa ‘adzaabannar yaitu berlindung kepada Allah dari siksa api neraka.
Jika semua terpenuhi, maka lengkaplah semua kebutuhan hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat. Dan untuk keenam unsur inilah yang seyogyanya manusia minta kepada Allah dalam setiap doanya.
(H. Hasim As’ari)

0 komentar:

template by kendhin
please visit jadipebisnisinternet